Solo International Performing Arts (SIPA) 2014

10 Penari #Riau Pamerkan Keunikan Tari Zapin, Joget dan Inang Pada Jokowi

Ilustrasi | Beritariau.com 2014

Beritariau.com – Silvia Muldani, Anggia Puspita, Syefriani, Senna Jean Morina, Riska Efriani, Syafrinaldi, Ibnu Dermawan, Ayzhu Wijaya, Trisno Hutasoit dan Ari Justandur, boleh berbangga hati.

Penampilan memukau hasil dari latihan keras mereka yang ditata oleh Sunardi, Amd. Sn, tak hanya disaksikan ribuan orang, tapi juga Pemimpin Baru di Negara ini.
 
Mereka adalah Penari Riau yang tergabung dalam Kumpulan Seni Seri Melayu (KSSM) Riau yang tampil di Benteng Vastenburg Solo di pusat kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah pada malam pembukaan festival Pagelaran Seni International atau Solo International Performing Arts (SIPA) 2014, Jumat (12/9/14) kemarin. Acara ini berlangsung pada 11 hingga 13 September 2014.

Selama 25 menit, mereka menyuguhkan keunikan rentak tari Zapin, Joget dan Inang dihadapan Presiden terpilih Joko Widodo dan istrinya, Iriana. Tarian ini, menceritakan bahwa Melayu memiliki keanekaragaman dan keunikan ragam budayanya.
 
Pada festival kebanggaan kota Surakarta, yang tahun ini berjudul "Generasi Kebudayaan Dunia", dengan mengusung tema “Berseri Melayu”, sepuluh penari Riau ini menyajikannya dengan meriah dan dinamis tanpa menghilangkan unsur ke-melayuan.
 
Sejak tiba di lokasi pertunjukan SIPA sekitar pukul 21.00 WIB didampingi oleh Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo, Jokowi menyaksikan pertunjukan seni budaya SIPA ke VI tersebut hingga selesai.
 
"SIPA membawa seni dari seluruh dunia serta mencerminkan 'Solo, semangat Jawa’ (tagline kota Solo, red)," kata Wakil Walikota Surakarta Achmad Purnomo.
 
Puluhan pemain dijadwalkan untuk berpartisipasi pada festival tahun ini. Mereka berasal dari berbagai negara termasuk Jerman, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Amerika Serikat.

Bakat-bakat muda yang tumbuh di Indonesia ini berasal dari Kota Surakarta-Jawa Tengah, Kabupaten Karimun, Provinsi Riau, Kabupaten Kepulauan Seribu-Jakarta, Gorontalo, Bandung-Jawa Barat dan Yogyakarta.

Penari balet Jerman dan koreografer Soren Magnus Niewelt dan Jessica Sarah Larbig dari kelompok Just Live Dance didaulat mendapat kesempatan pertama untuk menyilaukan penonton pada malam sebelumnya.
 
Irawati Kusumorasri, pendiri SIPA dan pemilik sekolah tari Semarak Chandra Kirana, mengatakan dia berharap festival akan menyampaikan pentingnya melestarikan warisan budaya.

"Dunia membutuhkan seni. Setiap seni adalah aspek kehidupan. Itu sebabnya tahun ini, SIPA telah mengambil 'Generasi Kebudayaan Dunia' sebagai tema," katanya.

Tampil pada hari Jumat malam adalah anggota Institut Kesenian Jakarta dengan kolaborasi antara Stepharina, Eva & Atiah dari Malaysia, Maya Dance Theater dari Singapura, Kumpulan Seni Seri Melayu dari Riau, Le Salle University Teatro Guindengan dari Filipina, Jin Hi Kim dari Korea Selatan dan Amerika Serikat dan lokakarya seni Bintang dari Kabupaten Kepulauan Seribu.

Untuk penutupan line-up pada hari Sabtu, penonton menikmati pertunjukan oleh Harmonia Orchestra dari Surakarta, Pukchong Lion Dance dari South Korea dan Thailand, Alinkarwutyee Musik dan Tari dari Myanmar, kelompok Hapsari seni dari Bandung dan Sekolah Musik Indonesia. [rls]